Archive for 2014
Alamat Blog : habibialghomadi.blogspot.com
BULAN Safar, yaitu bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong atau nol. Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh.
Telah menjadi kepercayaan keliru oleh sebagian umat bahwa Safar adalah bulan sial atau bulan bencana. Padahal, mitos Safar bulan sial ini sebenarnya sudah dibantah oleh Rasulullah Muhammad saw yang menyatakan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada penyakit menular (yang berlaku tanpa izin Allah), tidak ada buruk sangka pada sesuatu kejadian, tidak ada malang pada burung hantu, dan tidak ada bala (bencana) pada bulan Safar (seperti yang dipercayai).”
Rasulullah Saw juga bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari)
Dalam sejarah Islam, bulan shafar menempatkan peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan Islam dari zaman Rasulullah hingga kejayaan dan keruntuhunnya. Berikut 11 peristiwa penting di bulan Safar.
1. Pernikahan Rasulullah saw dengan Khadijah binti Khuwailid
Menurut beberapa sumber Rasulullah saw menikahi khadijah rha pada bulan Shafar. Menurut Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syeikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri Rasulullah muda menikahi khadijah atas prakarsa Nafisah binti Munabbih. Mahar yang diberikan Rasulullah saw berupa unta 20 ekor dengan jarak usia lebih tua khadijah 15 tahun.
2. Peristiwa Perang Al-Abwa
Dalam Zaadul Maad Peristiwa ini terjadi pada bulan Shafar tahun ke 12 Hijrah. Perang Al Abwa disebut pula dengan Perang Waddaan. Pembawa panji perang saat itu Hamzah bin Abdul Muthalib. Ketika itu panji yang dibawa berwarna putih. Kepemimpinan kota Madinah sementara waktu diserahkan kepada Saad bin Ubadah. Perang ini Dilakukan khusus untuk menyergap kafilah Quraisy namun tidak membuahkan hasil.
Pada peristiwa ini Nabi berpesan kepada Makhsyi bin Amr adh-Dhamari, yang merupakan pemimpin Bani Dhamrah kala itu, untuk tidak saling berperang dan tidak membantu lawan. Perjanjian dibuat tertulis. Itu berlangsung selama lima belas malam.
3. Tragedi Ar Raji’
Pada tahun 3 H bulan Shafar datanglah kepada Nabi saw kaum dari Bani ‘Adhal dan al-Qaaroh dan menyatakan bahwa mereka masuk Islam. Dalam Zaadul Maad dikisahkan Kedua kabilah itu meminta dikirim orang-orang yang dapat mengajarkan mereka tentang Islam dan membacakan kepada mereka al-Quran. Nabi saw mengutus kepada mereka enam orang. -Ibnu Ishaq dan al-Bukhari menyebutkan: sepuluh orang.- yang dipimpin oleh Mursyid bin Abi Mursyid al-Ghanawi, yang salah satunya Khabib bin Adi. Namun, ketika rombongan sampai pada suatu tempat bernama Ar Raji’ dua kabilah tersebut berkhianat. Para utusan Islam dibantai dengan dibantu oleh kabilah Hudzail dan menawan Khabib bin Adi dan Zaid bin ad-Datsiah. Kemudian keduanya dijual di Mekkah. Mereka berdualah yang nantinya membunuh tetua kabilah Hudzail pada perang Badar.
4. Tragedi Bi’ir Ma’unah
Peristiwa Bi’ir Ma’unah terjadi pada bulan Shafar tahun 4 H selang beberapa saat setelah tragedi Ar Raji’. Diceritakan dalam Hayat Muhammad karya M Husain Haikal pada waktu itu Rasulullah saw menawarkan keIslaman kepada Abu Bara’ Amr bin Malik. Namun Abu Bara’menolak dengan halus. Kemudian ia menawarkan kepada Rasulullah saw agar mengutus sahabatnya ke Najd untuk mengajak kaum Najd memeluk Islam. Atas jaminan dari Abu Bara’ Rasulullah saw kemudian mengutus Al Mundhir bin Amr dari Bani Sa’idah beserta 40 sahabat pilihan menuju Najd.
Ketika sampai di Bi’ir Ma’unah Para utusan berhenti dan mengutus Haram bin Milhan membawa dari Rasulullah kepada Amir bin Thufail. Namun surat itu tidak dibaca Amr, bahkan Amr membunuh Haram bin Milhan. Kemudian Amir bin Thufail meminta bantuan kabilah Bani Amir yang akhirnya ditolaknya karena ada jaminan perlindungan (suaka) dari Abu Bara’. Amir Bin Thufail kemudian mengajak kabilah Bani Sulaim dan mendapat sambutan. Pecahlah pertempuran antara Amir dan sekutunya dengan utusan Rasululah, akhirnya semua utusan terbunuh kecuali Ka’ab bin Zaid bin an-Najjar walaupun terluka dan bergelimpangan bersama jasad-jasad lain. Dia hidup hingga gugur pada peristiwa perang Khandak.
Pada pertempuran ini terbunuh pula ketua utusan Mundzir bin Uqbah bin Aamir sedangkan Amr bin Amiah adh-Dhamari ditawan. Ketika tahu bahwa Amr dari kabilah Mudhar, Aamir memotong rambut dahinya (jambulnya) dan membebaskannya dengan jaminan yang ada pada Amiah.
Amr bin Amiahpun kembali ke Madinah. Ketika sampai di Qorqorah di Sodr Qonaah (nama tempat) dia berteduh di sebuah pohon. Pada saat yang sama datanglah dua orang dari Bani Kilaab turut berteduh bersamanya. Manakala kedua orang dari bani Kilaab tertidur, Amr membunuh keduanya. Amr merasa sedikit telah membalaskan apa yang telah dilakukan terhadap para sahabatnya. Tetapi ayalnya, ternyata kedua orang yang dibunuh itu telah memiliki perjanjian dengan Rasulullah saw, dan dia tidak menyadarinya. Ketika sampai di Madinah Amr mengabarkan apa yang terjadi kepada Rasulullah saw dan apa yang dia lakukan terhadap dua orang dari Bani Kilaab.
(Mendengar itu) Nabi pun bekata,
لَقَدْ قَتَلْت قَتِيلَيْنِ لَأُودِيَنَّهُمَا
“Sungguh engkau telah membunuh dua orang yang harus aku bayar diah (denda) pembunuhan keduanya”.
5. Kemengan Perang Khaibar
Menurut Ibnu Qayim Al Jauziyah dalam Zaadul Maad Sesungguhnya keluarnya Rasulullah r ke Khaibar adalah di akhir bulan Muharram, bukan permulaannya. Fath (kemenangannya) adalah di bulan Shafar.
Perang Khaibar merupakan peperangan kaum muslimin dengan Yahudi di Khaibar karena bersekutu denga Raja Hiraklius. Kaum Muslimin menaklukkan sebuag benteng yang berlapis dengan membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengepung dan menembus masuk ke bentng tersebut.
6. Peristiwa Pengepungan di Khats’am
Peristiwan ini jatuh pada bulan Shafar tahun 9 H. Ibnu Mas’ud berkata, “Mereka menceritakan:
Rasulullah saw mengutus Qutbah bin Aamir dengan dua puluh orang ke distrik dari wilayah Khast’am pinggiran Tabbaalah. Nabi memerintahkannya untuk mengepung tempat itu. Merekapun keluar dengan berbekal sepuluh onta. Mereka manawan seorang lelaki dan menginterogasinya. Tetapi bahasa orang itu tidak dapat dimengerti dan dia berteriak-teriak. Karena membahayakan merekapun memenggal lehernya. Ketika penduduk al-Hadiroh telah tertidur lelap, pengepunganpun dilakukan, sehingga terjadilah pertempuran yang sengit, banyak yang terluka dari kedua belah pihak. Qutbah bin Aamir memerangi siapa saja yang melawan. Ternak, wanita dan apapun yang bisa dibawa digiring ke Madinah. Dikisahkan bahwa lawan berkumpul untuk menyusul dan mengikuti jejak mereka, tetapi Allah swt mengirim banjir bandang yang mencegat mereka untuk bisa sampai kepada para sahabat dan apa yang mereka bawa. Kaum itu hanya bisa menatap hingga rombongan menghilang dari pandangan mereka, tidak dapat menyeberang (Zaadul Maad).
Rasulullah saw mengutus Qutbah bin Aamir dengan dua puluh orang ke distrik dari wilayah Khast’am pinggiran Tabbaalah. Nabi memerintahkannya untuk mengepung tempat itu. Merekapun keluar dengan berbekal sepuluh onta. Mereka manawan seorang lelaki dan menginterogasinya. Tetapi bahasa orang itu tidak dapat dimengerti dan dia berteriak-teriak. Karena membahayakan merekapun memenggal lehernya. Ketika penduduk al-Hadiroh telah tertidur lelap, pengepunganpun dilakukan, sehingga terjadilah pertempuran yang sengit, banyak yang terluka dari kedua belah pihak. Qutbah bin Aamir memerangi siapa saja yang melawan. Ternak, wanita dan apapun yang bisa dibawa digiring ke Madinah. Dikisahkan bahwa lawan berkumpul untuk menyusul dan mengikuti jejak mereka, tetapi Allah swt mengirim banjir bandang yang mencegat mereka untuk bisa sampai kepada para sahabat dan apa yang mereka bawa. Kaum itu hanya bisa menatap hingga rombongan menghilang dari pandangan mereka, tidak dapat menyeberang (Zaadul Maad).
7. Masuk Islamnya Bani Udzrah
Bani Udzrah adalah salah satu bani yang mempunyai garis keturunan sampai kepada Qushai salah satu kakek Rasulullah saw. Pada waktu itu datang kepada Rasulullah utusan dari Udzroh pada bulan Shafar, tahun kesembilan sebanyak dua belas orang. Di antaranya Jumroh bin an-Nu’maan. Mereka menyatakan diri memeluk Islam. Rasulullah saw kemudian menceritakan kepada mereka akan datangnya kemenangan atas Syam dan diperanginya Hiraklius hingga akhir imperiumnya.
8. Pengangkatan Usamah Bin Zaid
Pada bulan safar Rasulullah mempersiapkan kaum muslimin untuk berperang. Pasukan kaum muslimin yang berjumlah 3000 ribu dan didalamnya terdapat banyak sahabat. Rasulullah memerintahkan untuk berangkat ke tanah al-Balqa yang berada di Syam, persisnya tempat gugur (syahidnya) Zaid bin Haritsah. Keesokan hari, 29 Safar tahun 11 H atau 24 Mei 632 Rasululllah memanggil Usamah bin Zaid supaya menghadap beliau. Setelah Usamah menghadap, Nabi mengangkatnya menjadi panglima perang untuk memimpin pasukan yang akan diberangkatkan itu.
Nabi bersabda, “Pergilah kamu ke tempat terbunuhnya bapakmu, injaklah mereka dengan kuda. Aku menyerahkan pimpinan ini kepadamu, maka perangilah penduduk Ubna pada pagi hari dan bakarlah (hancur binasakanlah) mereka. Cepatlah kamu berangkat, sebelum berita ini terdengar oleh mereka. Jika Allah memberi kemenangan kepadamu atas mereka, janganlah kamu berlama-lama bersama mereka. Bawalah bersamamu petunjuk-petunjuk jalan dan dahulukanlah mata-matamu.”
Usamah Bin Zaid adalah sahabat Rasulullah saw yang masih belia usianya. Dikatakan belia karena usia Usamah ketika diangkat menjadi panglima perang belum mencapai 20 tahun. Usamah diangkat menjadi panglima perang sudah dalam kondisi menikah dan siap perang.
9. Penaklukan Persia
Peristiwa ini terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab pada tanggal 14 Safar 16 H atau 17 Maret 637 M. Kaum muslimin dibawah pimpinan Saad bin Abi Waqash memperoleh kemenangan atas Persia. Sebelumnya kaum muslimin berperang hebat di qadisiyah (masuk negara Irak) serta menduduki istananya. Saad Bin waqash sebelumnya sempat mengalami luka pedang cukup parah akibat pertempuran. Namun pertempuran berhasil dimenangkan kaum muslimin.
10. Jatuhnya kota Baghdad ke tangan Hulakhu Khan
Kota Baghdad yang pada masa itu menjadi pusat pemerintahan Daulah Bani Abasiyah sungguh kehilangan daya. Pada tanggal 9 safar tahun 565 H/ 14 februari 1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu’tashim, penguasa terakhir Bani Abbasiyah di Baghdad betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu membendung tentara Hulughu Khan.Tentara tar tar ini membantai serta menghancurkan seluruh isi kota Baghdad termasuk produk Ilmu pengetahuan. Jatuhnya kota Baghdad yang menandakan runtuhnya Daulah Bani Umayah disebabkan oleh pengkhiantan yang dilakukan oleh al-wazir Umayyiduddien Muhammad bin al-Alqami ar-tafidhi seorang Syiah Rafidhah.
11. Meninggalnya Pembebas Jerusalem Shalahuddin Al Ayyubi
Pada tanggal 27 Safar 859 atau 15 Februari 1455 Sholahuddin menghembuskan nafas terakhir di damaskus. Para pengurus jenazah terkaget-kaget karena Sholahuddin tidak memiliki harta. Ia hanya memiliki kain kafan dan uang senilai 66 dirham nasirian (mata uang suriah pada waktu itu). Menjelang wafatnya beliau menyampaikan pesan yang luar biasa “Jangan Tumpahkan Darah, Sebab darah yang terpecik tak akan pernah tidur”. Beliau meninggalkan penasihat yang merupakan ulama terkenal yakni Ibnu Qudamah, Ibnu Az-Zaki Asy-Syafi’i, dan Ibnu Naja’ al-Qadiri al Hambali. [Sumber:www.facebook.com/groups/situskomunitasmuslim/permalink/461481123889675/]
Disunnahkan mempernyak puasa pada
bulan Muharram;
Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa
‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Puasa yang paling afdhal setelah
Ramadhan adalah bulan Allah Muharram.”
Terutama puasa tanggal 9 (Tasu'a)
dan 10 ('Asyura) Muharram, minimal tanggal 10 saja;
“Puasa hari ‘Asyura (10 Muharram),
aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu.”
Disunnahkan juga puasa Tasu’a (9
Muharram).
Tahun ini 2011, Insya Allah
bertepatan hari SENIN dn SELASA 5 & 6 Desember 2011.
Semoga Allah Memudahkan..
Hadis-Hadis Seputar Puasa ‘Asyura:
1. Dari Abu Qatadah Radhiyallahu
‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, bersabda :
“ Aku berharap pada Allah dengan
puasa ‘Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma
berkata :
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam , berupaya keras untuk puasa pada
suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan
bulan Ramadhan.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)
3. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma
berkata :
Ketika Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang
Yahudi berpuasa pada hari‚ Asyura, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?.
Mereka menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah
menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada
hari ini. Rasulullah pun bersabda:
“Aku lebih berhak atas Musa daripada
kalian“
Maka beliau berpuasa dan
memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
4. Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas
Radhiyallahu ‘Anhuma berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda :
“Jika tahun depan kita bertemu
dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal
sembilan).“
(H.R. Bukhari dan Muslim)
5. Imam Ahmad dalam Musnadnya
membawakan tambahan:
“Hari ‘Asyura adalah hari ketika
perahu Nabi Nuh berlabuh di bukit Judiy, lalu Nabi Nuh berpuasa sebagai bentuk
syukur.”
Bagaimana Berpuasa ‘Asyura ?
Ibnu Qoyyim rahimahullah dalam kitab
Zaadul Ma’aad –berdasarkan riwayat-riwayat yang ada- menjelaskan :
- Urutan pertama, dan ini yang
paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal sepuluh ditambah
sehari sebelum dan sesudahnya (tgl 9, 10 & 11).
- Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan
10. Inilah yang disebutkan dalam banyak hadits.
- Urutan ketiga, puasa tanggal 10
saja.
Puasa sebanyak tiga hari (9, 10,dan
11) dikuatkan para para ulama dengan dua alasan sebagai berikut :
1. Sebagai kehati-hatian, yaitu
kemungkinan penetapan awal bulannya tidak tepat.
2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari
setiap bulan.
Al 'Arif Billah Asy-Syekh H. Muhammad Zaini Abd. Ghani bin Al
'arif Billah Abd. Ghani bin H. Abd. Manaf bin Muh. Seman bin H. M, Sa'ad bin H.
Abdullah bin 'Alimul 'allamah Mufti H. M. Khalid bin 'Alimul 'allamah Khalifah
H. Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliau dilahirkan pada,
malam Rabu 27 Muharram, 1361 H (I I Februari 1942 M).
Sejak kecil beliau
termasuk dari salah seorang yang "mahfuzh", yaitu suatu keadaan yang
sangat jarang sekali terjadi, kecuali bagi orang orang yang sudah dipilih oleh
Allah SWT.Sejak kecik beliau tidak pernah “ ihtilam”.
Meskipun kehidupan
kedua orang tua beliau dalam keadaan ekonomi sangat lemah, namun mereka selalu
memperhatikan untuk turut membantu dan meringankan beban guru yang mengajar
anak mereka membaca Al Quran, sehingga setiap malamnya beliau selalu membawa
bekal botol kecil yang berisi minyak tanah untuk diberikan kepada Guru yang
mengajar AI Quran. Pada usia kurang lebih 7 tahun
beliau sudah mulai belajar di madrasah Darussalam Martapura.
Guru
guru'Alimul'allamah Al 'Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani :
1. Ditingkat Ibtida
adalah: Guru Abd Mu'az, Guru Sulaiman, Guru Muh. Zein, Guru H. Abd. Hamid
Husin, Guru H. Mahalli, Guru H. Rafi'I, Guru Syahran, Guru H. Husin Dakhlan, Guru
H. Salman Yusuf
2. Ditingkat
Tsanawiyah adalah: 'Alimul Fadhil H. Sya'rani'Arif, 'Alimul Fadhil H, Husin
Qadri, 'Alimul Fadhil H. Salilm Ma'ruf, 'Alimul Fadhil H. Seman Mulya, 'Alimul
Fadhil H. Salman Jalil.
3. Guru dibidang
Tajwid ialah: 'Alimul Fadhil H. Sya'rani 'Arif, 'Alimul Fadhil At Hafizh H.
Nashrun Thahir, 'Al-Alim H. Aini Kandangan.
4. Guru Khusus
adalah: 'Alimul'allamah H. Muhammad Syarwani Abdan, 'Alimul'allamahSayyid
Muhammad Amin Kutby RA.
Sanad sanad dalam
berbagai bidang ilmu dan Thariqat diterima dari:
Kyai Falak (Bogor),
'Alimul'allamah Asy Syekh Muh Yasin Padang (Mekkah). 'Alimul'allamah As Syekh
Hasan Masysyath, 'Alimul'allamah Asy Syekh Isma'il Yamani dan 'Alimul'allamah
Asy Syekh Abd. Qadir Al Baar.
5. Guru pertama
secara Ruhani ialah: 'Alimul 'allamah Ali Junaidi (Berau) bin 'Alimul Fadhil
Qadhi H. Muhammad Amin bin 'Alimul 'allamah Mufti H. Jamaluddin bin Syekh
Muhammad Arsyad, dan 'Alimul 'allamah H. Muhammad Syarwani Abdan.
Kemudian
'Alimullailamah H. Muhammad Syarwani Abdan menyerahkan kepada Kiyai Falak dan
seterusnya Kiyai Falak menyerahkan kepada 'Alimul'allamah Asy Syekh As Sayyid
Muh. Amin Kutby, kemudian beliau menyerahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad yang
selanjutnya langsung dipimpin oleh Rasulullah saw.
Atas petunjuk
'Alimul'allamah Ali Junaidi, beliau dianjurkan untuk belajar kepada 'Alimul
Fadhil H. Muhammad (Gadung) bin 'Alimul Fadhil H. Salman Farlisi bin
'Allimul'allamah Qadhi H. Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad Arsyad, mengenal
masalah Nur Muhammad; maka dengan demikian diantara guru beliau tentang Nur
Muhammad antara lain adalah 'Alimul Fadhil H. M. Muhammad tersebut diatas.
'Alimul'allamah
Al-'Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani, yang sejak kecilnya hidup
ditengah keluarga yang shalih, maka sifat sifat sabar, ridha, kitmanul mashaib,
kasih sayang, pemurah dan tidak pemarah sudah tertanam dan tumbuh subur dijiwa
beliau; sehingga apapun yang terjadi terhadap diri beliau tidak pernah mengeluh
dan mengadu kepada orang tua, sekalipun beliau pernah dipukuli oleh orang-orang
yang hasud dan dengki kepadanya.
Beliau adalah
seorang yang sangat mencintai para ulama dan orang orang yang shalih, hal ini
tampak ketika beliau masih kecil, beliau selalu menunggu tempat tempat yang
biasanya 'Alimul Fadhil H. Zainal Ilmi lewati pada hari-hari tertentu ketika
hendak pergi ke Banjarmasin semata mata hanya untuk bersalaman dan mencium
tangan tuan Guru H. Zainal Ilmi.
Dimasa remaja
'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-Syekh H. M Zaini Abd Ghani pernah bertemu
dengan Saiyidina Hasan dan Saiyidina Husin yang keduanva masing-masing
membawakan pakaian dan memasangkan kepada beliau lengkap dengan sorban dari
lainnya. Dan beliau ketika itu diberi nama oleh keduanya dengan nama Zainal
'Abidin.
Setelah dewasa.
maka tampaklah kebesaran dan keutamaan beliau dalam berbagai hal dan banyak
pula orang yang belajar. Para Habaib yang tua tua, para ulama dan guru-guru
yang pernah mengajari beliau, karena mereka mengetahui keadaan beliau yang
sebenarnya dan sangat sayang serta hormat kepada beliau.
'Alimul 'allamah Al
'Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani adalah seorang ulama yang
menghimpun antara wasiat, thariqat dari haqiqat, dan beliau seorang yang Hafazh
AI Quran beserta hafazh Tafsirnya, yaitu Tafsir Al Quran Al 'Azhim Lil-Imamain
Al Jalalain. Beliau seorang ulama yang masih termasuk keturunan Syekh Muhammad
Arsyad Al-Banjari yang menghidupkan kembali ilmu dan amalan-amalan serta
Thariqat yang diamalkan oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Karena itu
majelis pengajian beliau, baik majelis tali'm maupun majelis 'amaliyahnya
adalah seperti majelis Syekh Abd. Kadir al-Jilani.
Sifat lemah lembut,
kasih sayang, ramah tamah, sabar dan pemurah sangatlah tampak pada diri beliau,
sehingga beliau dikasihi dan disayangi oleh segenap lapisan masyarakat, sababat
dan anak murid.
Kalau ada orang
yang tidak senang melihat akan keadaan beliau dan menyerang dengan berbagai
kritikan dan hasutan maka beliaupun tidak peniah membalasnya. Beliau hanya diam
dan tidak ada reaksi apapun, karena beliau anggap mereka itu belum mengerti,
bahkan tidak mengetahuu serta tidak mau bertanya.
Tamu tamu yang
datang kerumah beliau, pada umumnya selalu beliau berikan jamuan makan, apalagi
pada hari-hari pengajian, seluruh murid murid yang mengikuti pengajian yang
tidak kurang dari 3000 an, kesemuanya diberikan jamuan makan. Sedangkan pada
hari hari lainnya diberikan jamuan minuman dan roti.
Beliau adalah orang
yang mempunyai prinsip dalam berjihad yang benar benar mencerminkan apa apa
yang terkandung dalam Al Quran, misalnya beliau akan menghadiri suatu majelis
yang sifatnya da'wah Islamivah, atau membesarkan dan memuliakan syi'ar agama
Islam. Sebelum beliau pergi ketempat tersebut lebih dulu beliau turut menyumbangkan
harta beliau untuk pelaksanaannya, kemudian baru beliau datang. Jadi benar
benar beliau berjihad dengan harta lebih dahulu, kemudian dengan anggota badan.
Dengan demikian beliau benar benar meamalkan kandungan Al Quran yang berbunyi:
Wajaahiduu bi'amwaaliku waanfusikum fii syabilillah.
'Alimul 'allamah Al
'Arif Billah Asy-Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani, adalah satu satunya Ulama di
Kalimantan, bahkan di Indonesia yang mendapat izin untuk mengijazahkan (baiat)
Thariqat Sammaniyah, karena itu banyaklah yang datang kepada beliau untuk
mengambil bai'at thariqat tersebut, bukan saja dari Kalimantan, bahkan dari
pulau Jawa dan daerah lainnya.
'Alimul'allamah Al
'Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani dalam mengajar dan membimbing
umat baik laki-laki maupun perempuan tidak mengenal lelah dan sakit. Meskipun
dalam keadaan kurang sehat beliau masih tetap mengajar.
Dalam membina
kesehatan para peserta pengajian dalam waktu waktu tertentu beliau datangkan
doktcr dokter spesialis untuk memberiikan penyuluhan kesehatan sebelum
pengajian dimulai. Seperti dokter spesialls jantung, paru paru, THT, mata,
ginjal, penyakit dalam, serta dokter ahli penyakit menular dan lainnya. Dengan
demikian beliau sangatlah memperhatikan kesehatan para peserta pengajian dari
kesehatan lingkungan tempat pengajian.
Karomah-
Karomahnya
Dalam
usia kurang lebih 10 tahun, sudah mendapat khususiat dan anugerah dari Tuhan
berupa Kasyaf .Dalam usia 14 tahun, atau tepatnya masih duduk di Kelas Satu
Tsanawiyah, beliau telah dibukakan oleh Allah swt atau futuh, tatkala membaca
Tafsir: “Wakanallahu syamiiul bashiir”.
Pernah
rumput rumputan memberi salam kepada beliau dan menyebutkan manfaatnya untuk
pengobatan dan segalanya, begitu pula batu-batuan dan besi. Namun kesemuanya
itu tidaklah beliau perhatikan dan hal hal yang demikian itu beliau anggap
hanya merupakan ujian dan cobaan semata dari Allah SWT.
Ketika
beliau masih tinggal di Kampung Keraton, biasanya setelah selesai pembacaan
maulid, beliau duduk-duduk dengan beberapa orang yang masih belum pulang sambil
bercerita tentang orang orang tua dulu yang isi cerita itu untuk dapat diambil
pelajaran dalam meningkatkan amaliyah.
Tiba tiba beliau
bercerita tentang buah rambutan, pada waktu itu masih belum musimnya; dengan
tidak disadari dan diketaui oleh yang hadir beliau mengacungkan tangannya
kebelakang dan ternyata ditangan beliau terdapat sebuah buah rambutan yang
masak, maka heranlah semua yang hadir melihat kejadian akan hal tersebut. Dan
rambutan itupun langsung beliau makan.
Ketika beliau
sedang menghadiri selamatan dan disuguh jamuan oleh shahibulbait maka tampak
ketika, itu makanan, tersebut hampir habis beliau makan, namun setelah piring
tempat makanan itu diterima kembali oleh yang melayani beliau, ternyata,
makanan yang tampak habis itu masih banyak bersisa dan seakan akan tidak
dimakan oleh beliau
Pada suatu musim
kemarau yang panjang, dimana hujan sudah lama tidak turun sehingga sumur sumur
sudah hampir mengering, maka cemaslah masyarakat ketika itu dan mengharap agar
hujan bisa secara turun.
Melihat hal yang
demikian banyak orang yang datang kepada beliau mohon minta doa beliau agar
hujan segera turun, kemudian beliau lalu keluar rumah dan menuju pohon pisang
yang masih berada didekat rumah beliau itu, maka beliau goyang goyangkan lah
pohon pisang tersebut dan ternyata tidak lama kemudian, hujanpun turun dengan
derasnya.
Ketika pelaksanaan
Haul Syekh Muhammad Arsyad yang ke 189 di Dalam pagar Martapuram, kebetulan
pada masa itu sedang musim hujan sehingga membanjiri jalanan yang akan dilalui
oleh 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy Syeikh H. M. Zaini Abd. Ghani menuju
ketempat pelaksanaan haul tersebut, hal ini sempat mencemaskan panitia
pelaksanaan haul tersebut, dan tidak disangka sejak pagi harinya jalanan yang
akan dilalui oleh beliau yang masih digenangi air sudah kering, sehingga dengan
mudahnya beliau dan rombongan melewati jalanan tersebut; dan setelah keesokan
harinya jalanan itupun kembali digenangi air sampai beberapa hari.
Banyak orang orang
yang menderita sakit seperti sakit ginjal, usus yang membusuk, anak yang
tertelan peniti, orang yang sedang hamil dan bayinya jungkir serta meninggal
dalam kandungan ibunya, sernuanya ini menurut keterangan dokter harus
dioperasi. Namun keluarga mereka pergi minta do'a dan pertolongan.
'Allimul'allamah 'Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani. Dengan air yang
beliau berikan kesemuanya dapat tertolong dan sembuh tanpa dioperasi.
Demikianlah
diantara karamah dan kekuasaan Tuhan yang ditunjukkan kepada diri seorang hamba
yang dikasihiNya.
(Abu Daudi)
Karya tulis beliau
adalah :
- Risalah
Mubarakah.
- Manaqib Asy-Syekh
As-Sayyid Muharnmad bin Abd. Karim Al-Qadiri Al Hasani As Samman Al Madani.
- Ar Risalatun
Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah.
- Nubdzatun fi
Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a'zham Muhammad bin Ali Ba-'Alwy.
Wasiat Tuan Guru
K.H. M. Zaini Abdul Ghoni
1. Menghormati
ulama dan orang tua,
2. Baik sangka
terhadap muslimin,
3. Murah hati,
4. Murah harta,
5. Manis muka,
6. Jangan menyakiti
orang lain,
7. Mengampunkan
kesalahan orang lain,
8. Jangan
bermusuh-musuhan,
9. Jangan tamak /
serakah,
10. Berpegang
kepada Allah, pada Qobul segala hajat,
11. Yakin
keselamatan itu pada kebenaran